Kamis, 25 Oktober 2012

Pengenalan Pertolongan Pertama



 
Apakah Definisi Pertolongan Pertama ?

Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis.  Ini berarti :

    Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.
    Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban

Apa saja Tujuan utama Pertolongan Pertama?
Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :

    Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut
    Membuat keadaan penderita tetap stabil
    Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
    Menghindarkan kecacatan yang lebih parah

Siapa saja Pelaku Pertolongan Pertama ?

Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:
a.   Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b.   Penolong pertama : Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c.   Tenaga Khusus/Terlatih :
      Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan

Apa saja Kualifikasi Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?

Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut

    Jujur dan bertanggungjawab.
    Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan bersosialisasi.
    Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
    Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.

Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?

    Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
    Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
    Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
    Meminta bantuan / rujukan
    Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat
    Mempersiapkan untuk ditransportasikan

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)

Sarung Tangan Lateks
berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit
Kacamata Pelindung
berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.
Baju pelindung
berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
Masker Penolong
berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
Masker RJP
diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Helm
Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda untuk mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.

    Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama?

    Penutup Luka misalnya kasa steril
    Pembalut misalnya pembalut segitiga (mitella) dan pembalut gulung
    Cairan Antiseptik misalnya alkohol
    Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater
    Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan papan spinal panjang
    Gunting
    Senter


           

    Tandu
    Tensimeter dan Stetoskop
    Kapas
    Pinset
    Senter
    Alat Tulis
    Kartu penderita


Bagaimana Prinsip Dasar Pertolongan Pertama ?

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:

    Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
    Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
    Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain



METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA
(Pembalutan dan Pembidaian)

Prosedur Pembalutan :

Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:

    Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
    Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
    Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
    Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)

Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.

Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

    Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
    Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
    Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
    Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
    Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
    Kemudian berikan balutan yang menekan.

Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:

    Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
    Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
    Pengikatan dengan tourniquet.
        Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
        Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
        Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
        Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
    Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

    Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
    Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
    Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
    Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
    Tidak mudah kendor atau lepas


Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip

    Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
    Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
    Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
 

Prosedur Pembidaian

    Siapkan alat-alat selengkapnya
    Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
    Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
    Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
    Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
    Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
    Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
    Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

0 komentar :

Posting Komentar