Apakah Definisi
Pertolongan Pertama ?
Pertolongan Pertama
(PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat
kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan
dari tenaga medis. Ini berarti :
Pertolongan Pertama harus diberikan secara
cepat.
Pertolongan Pertama harus tepat sehingga
akan meringankan sakit korban bukan menambah sakit korban
Apa saja Tujuan utama
Pertolongan Pertama?
Tujuan utama
pertolongan pertama adalah untuk :
Mempertahankan penderita tetap hidup atau
terhindar dari maut
Membuat keadaan penderita tetap stabil
Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan
rasa cemas
Menghindarkan kecacatan yang lebih parah
Siapa saja Pelaku
Pertolongan Pertama ?
Pelaku pertolongan
pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki
kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua orang
boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki
sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama : Kualifikasi ini yang
dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih :
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk
menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Apa saja Kualifikasi
Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?
Agar dapat
menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut
Jujur dan bertanggungjawab.
Memiliki sikap profesional, kematangan
emosi. dan Kemampuan bersosialisasi.
Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara
fisik
Kemampuannya nyata terukur sesuai
sertifikasi PMI.
Apa saja Kewajiban
Pelaku Pertolongan Pertama ?
Menjaga keselamatan diri, anggota tim,
penderita dan orang sekitarnya
Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang
mengancam nyawa
Memberikan pertolongan dengan cepat dan
tepat berdasarkan keadaan korban
Meminta bantuan / rujukan
Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas
lain yang terlibat
Mempersiapkan untuk ditransportasikan
Peralatan Dasar
Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)
Sarung Tangan Lateks
berguna untuk
melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat
menularkan penyakit
Kacamata Pelindung
berguna untuk
melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah cedera akibat benturan atau
kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.
Baju pelindung
berguna untuk
mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
Masker Penolong
berguna untuk
mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
Masker RJP
diperlukan bila akan
melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Helm
Dipakai apabila akan
bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda untuk mencegah terjadinya
cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.
Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam
Pertolongan Pertama?
Penutup Luka misalnya kasa steril
Pembalut misalnya pembalut segitiga
(mitella) dan pembalut gulung
Cairan Antiseptik misalnya alkohol
Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater
Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan
papan spinal panjang
Gunting
Senter
Tandu
Tensimeter dan Stetoskop
Kapas
Pinset
Senter
Alat Tulis
Kartu penderita
Bagaimana Prinsip
Dasar Pertolongan Pertama ?
Adapun
prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:
Pastikan Anda bukan menjadi korban
berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita
menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah
tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
Pakailah metode atau cara pertolongan yang
cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia
maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah
perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
Biasakan membuat catatan tentang
usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan
waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau
pertolongan tambahan oleh pihak lain
METODE PERTOLONGAN
PERTAMA
(Pembalutan dan
Pembidaian)
Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat
atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
Bagian dari tubuh yang mana? (untuk
menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan
pita)
Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan
luka dan menghentikan perdarahan)
Bagaimana luas luka? (untuk menentukan
macam pembalut)
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu
atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut
yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika
luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi.
Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah
luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air,
disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka
disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat
di dalamnya.
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar
atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram
dibersihkan.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle
atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak
tebal dan lembut.
Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi
pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
Pembalut tekan, dipertahankan sampai
pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
Penekanan dengan jari tangan di pangkal
arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
Pengikatan dengan tourniquet.
Digunakan bila pendarahan sangat sulit
dihentikan dengan cara biasa.
Lokasi pemasangan: lima jari di bawah
ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk
pendarahan di kaki)
Cara: lilitkan torniket di tempat yang
dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di
kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan
sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di
distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
Setiap 10 menit torniket dikendorkan
selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi
balutan dengan mempertimbangkan:
Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian
tubuh yang memang perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian
tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk
kegiatan pokok penderita.
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya
balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur
Pembidaian :
Prinsip
Lakukan pembidaian di mana anggota badan
mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan
dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan
tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
Lakukan juga pembidaian pada persangkaan
patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang.
Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat
benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian
Siapkan alat-alat selengkapnya
Apabila penderita mengalami fraktur
terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa
steril dan membalutnya.
Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang
yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
Bidai dibalut dengan pembalut sebelum
digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi
kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada
bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat
kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur.
Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan
jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
Ikatan jangan terlalu keras atau kendor.
Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak
bergerak.
Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut
ditinggikan setelah dibidai.
Sepatu, gelang, jam tangan dan alat
pengikat perlu dilepas.